Seorang petugas kesehatan di Manila menunjukkan sepasang ampul vaksin anti demam berdarah Dengvaxia setelah ditarik dari puskesma pemerintahan daerah
setempat, hari Selasa, 5 Desember 2017 di Manila, Filipina (foto: AP Photo/Bullit Marquez)
setempat, hari Selasa, 5 Desember 2017 di Manila, Filipina (foto: AP Photo/Bullit Marquez)
LONDON — World Health Organization mengatakan vaksin yang pertama kali
diperuntukkan untuk kebutuhan demam berdarah harus digunakan dengan
“cara yang jauh lebih aman,” artinya suntikan yang diberikan sebagian
besar hanya boleh diberikan pada orang-orang yang sebelumnya pernah
terinfeksi penyakit itu.
Pada bulan November, produsen vaksin itu, Sanofi Pasteur, mengatakan
mereka yang belum pernah terjangkit oleh penyakit itu berisiko untuk
menderita penyakit yang lebih serius setelah mendapatkan suntikan vaksin
tersebut.
Setelah pertemuan yang berlansung selama dua hari pekan ini, kelompok
vaksin independen WHO mengatakan mereka sekarang memiliki bukti bahwa
vaksin itu hanya boleh digunakan “secara eksklusif atau hampir secara
eksklusif pada orang-orang yang sebelumya pernah terjangkit penyakit
demam berdarah.”
Badan kesehatan PBB itu mengatakan harus dikembangkan sebuah uji
sehingga dokter dengan cepat dapat menyampaikan apabila orang tersebut
pernah terjangkit penyakit demam berdarah – namun kelompok itu mengakui
metode itu tidak bersifat langsung.
“Kami melihat adanya hambatan signifikan dalam menggunakan vaksin
dengan cara itu, namun kami yakin kondisi ini juga akan mendorong
pengembangan uji diagnostik cepat,” ujar Dr. Joachim Hombach, sekretaris
eksekutif pada kelompok pakar WHO, dalam sebuah konferensi pers hari
Kamis.
Sanofi tahun lalu mengatakan dokter harus mempertimbangkan apabila
pasien sebelumnya pernah terinfeksi atau belum oleh penyakit demam
berdarah sebelum memutuskan apakah pasien harus menanggung risiko lewat
imunisasi yang diberikan. Perusahaan itu mengatakan pihaknya
memperkirakan akan menderita kerugian sebesar 100 juta euro ($118 juta)
terkait dengan berita yang muncul tersebut.
Orang-orang yang pernah menderita penyakit itu lebih dari sekali
berisiko untuk menderita penyakit itu yang disertai dengan pendarahan.
Virus yang disebarkan oleh nyamuk ini ditemukan di iklim tropis dan
sub-tropis di seluruh Amerika Latin dan Amerika Selatan, Asia, Afrika,
dan lokasi lainnya. Penyakit ini memiliki gejala mirip penyakit flu yang
dapat menyebabkan radang sendi, mual, muntah-muntah, dan ruam. Pada
kasus-kasus yang parah, demam berdarah dapat menyebabkan masalah
pernafasan, pendarahan, dan kegagalan organ.
Sekitar separuh penduduk dunia berisiko terjangkit penyakit demam
berdarah; WHO memperkirakan 96 juta orang jatuh sakit yang disebabkan
oleh infeksi virus ini setiap tahunnya.
Setelah pengumuman yang dibuat oleh Sanofi tahun lalu, Filipina telah
menghentikan program imunisasi demam berdarah, program vaksinasi untuk
demam berdarah yang pertama di dunia. Pemerintah juga menuntut
pengembalian dana lebih dari $59 juta dari Sanofi dan mempertimbangkan
untuk mengambil tindakan hukum lebih lanjut.
Pada bulan Februari, Filipina menyatkan vaksin itu berpotensi terkait
dengan kematian tiga orang: seluruhnya meninggal karena demam berdarah
meskipun mereka telah divaksinasi.
Negara itu menjatuhkan denda simbolis sebesar $2.000 kepada Sanofi
dan menangguhkan persetujuan atas vaksin itu, dan menuduh perusahaan itu
melanggar aturan terkait pendaftaran dan pemasaran suntikan vaksinasi
tersebut.
Lebih dari 730.000 anak berusia 9 tahun atau lebih di Filipina telah
menerima paling tidak satu dosis vaksin demam berdarah, dimana jumlah
dosis yang diberikan mencapai tiga dosis.
Tidak ada pengobatan yang bersifat spesifik untuk demam berdarah dan
tidak ada vaksinasi lain yang berlisensi yang tersedia di pasar.
Post a Comment